Gosiplicious – Penyanyi muda berbakat Farel Prayoga membagikan kisah masa kecilnya yang penuh luka. Dalam wawancaranya di channel YouTube CURHAT BANG bersama Denny Sumargo (18 Juli 2025), Farel mengungkap bahwa sejak usia 8 tahun, ia mengetahui bahwa perempuan yang merawatnya selama ini bukan ibu kandungnya. Fakta itu terungkap dalam pertengkaran orang tuanya. “Karena ibu sedang emosi, dia bilang aku bukan anak kandungnya,” ujar Farel. Sejak saat itu, kehidupannya berubah drastis. Ia mengaku sering mendapat perlakuan kasar dari sang ibu sambung. Bahkan, Farel pernah diusir dari rumah dan tidak diizinkan tidur. Perlakuan buruk itu sering terjadi saat ayahnya tidak berada di rumah. Farel mengatakan, wajahnya yang mirip dengan ibu kandungnya menjadi pemicu sang ibu sambung melampiaskan kemarahan kepadanya. Kisah ini pun mengundang empati publik karena menunjukkan bagaimana trauma masa kecil dapat membentuk karakter seseorang di masa depan.
Setelah mengetahui bahwa ia bukan anak kandung dari ibu yang membesarkannya, Farel sempat menyimpan rasa benci terhadap ibu kandungnya sendiri. Perasaan itu muncul akibat berbagai cerita negatif yang ia dengar sejak kecil. Kisah-kisah tersebut membentuk citra buruk tentang ibu kandungnya, hingga ia enggan bertemu atau mengenalnya lebih jauh. Namun seiring waktu, Farel mulai membuka hatinya. Dalam keterangannya, ia kini berharap bisa bertemu langsung dan mengenal lebih dalam sosok perempuan yang telah melahirkannya. Langkah ini menunjukkan kedewasaan emosional dari seorang remaja berusia 14 tahun. Keinginannya untuk berdamai dengan masa lalu merupakan bagian penting dari proses penyembuhan batin. Ia tak lagi terjebak dalam kemarahan atau prasangka. Sebaliknya, Farel berusaha mencari kebenaran dan membangun kembali hubungan yang selama ini terputus. Harapan akan pertemuan dengan ibu kandung menjadi titik awal perjalanan baru dalam hidupnya.
Di tengah upayanya membangun masa depan yang lebih baik, Farel memutuskan untuk menghentikan komunikasi dengan ibu sambungnya. Keputusan ini diambil bukan karena dendam, melainkan untuk menjaga kesehatan mental dan fokus pada karier. “Kalau ada orang yang aku masih peduli di sana ya cuma adikku. Kalau ibu kan masih ada kakakku yang menemani,” kata Farel. Pernyataan ini mencerminkan keteguhan hati seorang remaja dalam mengelola luka masa lalu. Ia menyadari bahwa tidak semua hubungan harus dipertahankan, terutama jika berpotensi menimbulkan trauma baru. Fokus utamanya kini adalah membangun kembali karier sebagai penyanyi muda yang sedang naik daun. Dengan semangat dan talenta yang ia miliki, Farel ingin membuktikan bahwa masa lalu kelam tidak menghalangi seseorang untuk meraih masa depan yang gemilang. Ia memilih untuk melangkah ke depan dan meninggalkan bayang-bayang yang dulu menyakitinya.
Baca Juga “Cara Malaysia Menghadapi Trump untuk Kurangi Dampak Negatif Tarif Impor”
Kisah menyentuh yang dibagikan Farel di kanal YouTube Denny Sumargo menuai banyak respons positif dari masyarakat. Ribuan komentar netizen membanjiri video tersebut, sebagian besar memberikan dukungan moral dan semangat kepada Farel. Banyak yang terinspirasi oleh keberanian dan kejujuran Farel dalam membagikan kisah hidupnya. Di usia yang masih sangat muda, ia telah mengalami banyak tekanan emosional. Namun, ia tetap tegar dan memilih jalan penyembuhan. Publik menilai Farel sebagai sosok yang matang dan penuh potensi, bukan hanya di bidang musik, tapi juga sebagai panutan remaja. Semangatnya untuk berdamai dengan masa lalu dan fokus pada hal-hal positif menjadi contoh bagi banyak orang. Dukungan ini diharapkan dapat menjadi kekuatan tambahan bagi Farel untuk terus berkarya dan menatap masa depan yang lebih cerah tanpa beban masa lalu.
Farel Prayoga adalah bukti nyata bahwa masa lalu yang kelam tak selalu harus menjadi beban hidup. Di usia 14 tahun, ia telah menunjukkan keteguhan, kedewasaan, dan keberanian dalam menghadapi kenyataan pahit. Perlakuan tidak menyenangkan dari ibu sambung, rasa kecewa terhadap ibu kandung, hingga keputusan untuk menjaga jarak demi kesehatan mental adalah rangkaian perjalanan emosional yang tidak mudah. Namun, Farel memilih untuk bangkit. Ia membuka hati untuk rekonsiliasi, sekaligus tegas dalam melindungi dirinya dari potensi luka baru. Kariernya sebagai penyanyi pun menjadi saluran penyembuhan dan ekspresi. Dari pengalaman hidupnya, kita belajar bahwa berdamai dengan masa lalu adalah proses yang memerlukan keberanian besar. Farel menunjukkan bahwa ketulusan dan fokus pada hal positif dapat mengubah luka menjadi kekuatan. Kini, publik menantikan karya-karya terbaik dari Farel di masa mendatang—sebagai penyanyi, dan sebagai pribadi yang menginspirasi.