Gosiplicious – Kematian Timothy Anugerah Saputra mengguncang publik. Ia adalah mahasiswa semester VII Sosiologi Universitas Udayana. Timothy ditemukan meninggal setelah diduga melompat dari lantai empat gedung FISIP. Peristiwa ini membuka mata tentang pentingnya kesehatan mental mahasiswa. Dugaan kuat mengarah pada perundungan sebagai penyebab. Banyak yang menilai lingkungan kampus belum aman secara psikologis. Harus diakui, tekanan sosial sering dianggap sepele. Padahal, dampaknya bisa fatal jika tidak segera ditangani. Kejadian ini menyisakan luka dalam bagi keluarga dan memicu empati dari masyarakat luas.
Nama Calista Amore Manurung mendadak viral. Hal ini dipicu oleh tangkapan layar percakapan WhatsApp yang tersebar di media sosial. Dalam grup tersebut, Calista menulis komentar, “Nggak berasa lantai 2 mah.” Kalimat ini dianggap menyindir dan tidak sensitif terhadap kematian Timothy. Postingan tersebut diunggah akun @gu_coci. Warganet langsung bereaksi keras. Terlebih lagi, Calista adalah calon dokter. Profesi yang menuntut empati tinggi. Komentar itu dinilai mencerminkan kurangnya rasa kemanusiaan. Banyak pihak menilai, ucapan tersebut sangat tidak pantas dalam situasi duka.
“Baca Juga : Adidas x SpongeBob, Sepatu Ikonik SpongeBob dan Patrick”
Respons publik sangat cepat dan tajam. Media sosial dipenuhi hujatan dan seruan kecaman. Banyak yang menyuarakan agar Calista dikeluarkan dari kampus. Komentar populer seperti “Gausah jadi dokter kalau nggak punya hati” viral di berbagai platform. Warganet merasa, moral dan empati adalah syarat utama profesi dokter. Bukan sekadar pintar, tapi harus punya hati. Fenomena ini menunjukkan, masyarakat kini sangat peka terhadap isu kemanusiaan. Media sosial jadi alat kontrol sosial. Meski begitu, penting juga menjaga keadilan dalam menilai seseorang.
“Simak Juga : Gigi Hadid Kembali Bersinar di Victoria’s Secret Fashion Show 2025”
Calista diketahui merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Saat ini ia sedang menjalani koas di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah Bali. Sebelum kontroversi, ia dikenal sebagai calon dokter muda. Namun, namanya langsung jadi bahan perbincangan publik. Warganet mulai menelusuri latar belakang dan foto-fotonya. Akun Instagram Calista dan keluarganya mendadak hilang. Langkah itu diduga untuk menghindari tekanan publik. Ini menunjukkan seberapa besar pengaruh media sosial terhadap reputasi seseorang.
Kritik terhadap Calista bukan hanya masalah pribadi. Publik juga menyoroti sistem pendidikan kampusnya. Profesi dokter tak hanya soal kemampuan medis. Tapi juga menyangkut etika, empati, dan moral tinggi. Banyak yang meminta pihak kampus untuk bertindak tegas. Mereka berharap ada evaluasi dalam pembinaan karakter mahasiswa. Mahasiswa kedokteran harus disiapkan tidak hanya secara akademis. Tapi juga secara mental dan etika. Tragedi ini bisa jadi bahan refleksi untuk semua institusi pendidikan di Indonesia.