
Gosip Licious – Kabar meninggalnya ayah Jerome Polin, Marojahan Sintong Sijabat, pada 30 Oktober 2025 meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, kerabat, dan jutaan pengikut sang YouTuber. Publik terkejut, karena selama ini mendiang dikenal aktif, sehat, serta rajin membagikan aktivitas rohaninya sebagai seorang pendeta. Sebagai sosok ayah panutan, kepergiannya menimbulkan rasa kehilangan besar. Banyak penggemar yang turut mendoakan dan memberikan dukungan moral kepada Jerome dan keluarga. Dalam situasi penuh kesedihan ini, kisah kronologi kepergian sang ayah membuka pandangan kita bahwa kondisi kesehatan dapat berubah cepat dan tak terduga, bahkan dari gejala yang terlihat sederhana.
Menurut penuturan ibunda Jerome, Chrissie, gejala awal muncul saat keluarga sedang berada di Batu untuk pelayanan retret. Pada Selasa malam, Marojahan tiba-tiba mengalami sakit perut hebat. Awalnya tampak seperti sakit perut biasa, namun rasa sakit terus meningkat dan tidak mereda. Keluarga segera membawanya ke IGD terdekat. Di rumah sakit pertama, pemeriksaan rontgen dilakukan dan obat pereda nyeri diberikan. Meski demikian, dokter menyarankan pemeriksaan lanjutan keesokan hari. Sayangnya, kondisi saat itu belum terdiagnosis jelas akibat keterbatasan fasilitas.
“Baca Juga : Belajar dari Perceraian Raisa dan Hamish Daud: Saat Kehidupan Pribadi Tak Luput dari Sorotan Publik“
Dengan kekhawatiran yang semakin besar, keluarga memutuskan memindahkan Marojahan ke National Hospital Surabaya untuk penanganan lebih komprehensif. Sesampainya di sana, CT Scan mengungkap fakta mengejutkan: terdapat sumbatan pada usus akibat gumpalan darah beku (clot). Rencana operasi pun segera disiapkan untuk Kamis, 30 Oktober 2025. Diagnosis ini menunjukkan betapa pentingnya akses fasilitas kesehatan lengkap, terutama ketika gejala awal tidak jelas namun rasa sakit terus meningkat.
Namun takdir berkata lain. Sebelum jadwal operasi tiba, kondisi Marojahan mendadak memburuk. Ditemukan gumpalan darah lain yang menyumbat pembuluh darah menuju paru-paru, membuat suplai oksigen terganggu. Situasi ini memicu kondisi kritis dalam waktu cepat. Meski tim medis berusaha maksimal, keadaan semakin menurun. Dalam dunia medis, komplikasi gumpalan darah seperti ini memang dapat menjadi sangat berbahaya, terutama jika menyerang organ vital seperti paru-paru.
“Baca Juga : Tas Hamano Lokal Jepang Mendadak Viral Setelah Dipakai PM Sanae Takaichi, Pesanan Membludak Hingga 2026“
Selama berjam-jam, tenaga medis berjuang menyelamatkan nyawa Marojahan. Namun tanda-tanda vital terus menurun hingga akhirnya beliau menghembuskan napas terakhir. Proses tersebut tidak mudah bagi keluarga yang menanti dengan penuh harap. Chrissie menjelaskan momen itu dengan suara bergetar, menegaskan betapa cepatnya kondisi berubah dari harapan menuju kenyataan pahit. Bagi banyak orang, momen ini menyadarkan betapa rentannya kehidupan, sekaligus pentingnya kesiapsiagaan medis dalam kondisi mendesak.
Jerome dikenal sangat dekat dengan ayahnya. Dalam unggahan-unggahannya, ia sering menampilkan kasih sayang, dukungan moral, dan nilai-nilai kehidupan yang diwariskan sang ayah. Sosok Marojahan bukan hanya ayah, tetapi mentor dan sumber inspirasi. Kepergiannya meninggalkan ruang besar dalam kehidupan keluarga, namun juga warisan moral, spiritual, dan teladan keteguhan iman yang akan selalu dikenang. Banyak publik yang menilai hubungan keduanya menggambarkan keluarga penuh cinta dan dukungan.
Berita duka ini langsung memunculkan gelombang simpati dari seluruh Indonesia. Tagar mengenai Jerome dan ayahnya sempat menjadi trending. Ribuan ucapan duka mengisi kolom komentar sebagai bentuk empati. Publik melihat bahwa meski Jerome dikenal ceria dan energik, momen ini menegaskan bahwa selebritas pun adalah manusia yang merasakan kehilangan mendalam. Dukungan emosional dari masyarakat menjadi bentuk solidaritas yang bermakna bagi keluarga.
Kasus ini mengingatkan kita bahwa gejala kesehatan ringan tidak boleh disepelekan. Rasa sakit perut berkepanjangan bisa menandakan kondisi serius seperti penyumbatan usus atau gangguan pembuluh darah. Selain itu, akses layanan kesehatan tepat waktu sangat penting. Kesadaran medis dini, pemeriksaan lanjutan, serta pemantauan gejala adalah langkah penting mencegah komplikasi fatal. Kepergian ini bukan hanya duka personal, tetapi juga pembelajaran penting bagi publik terkait kesehatan darurat.