
Gosip Licious – Bucek Depp kembali merasakan suasana sekolah, tetapi kali ini bukan sebagai murid yang gemar membolos. Ia justru tampil sebagai Umar Bakri, guru sederhana yang penuh ketenangan dan kebijaksanaan. Perannya terasa kuat karena ia membawa pengalaman pribadi yang berbeda. Bucek pernah meninggalkan SMA sebelum lulus. Karena itu, film produksi Citra Sinema dan Sinemart ini membuatnya kembali mengenang masa muda, sekaligus memperlihatkan dinamika hubungan guru-murid di era digital. Situasi semakin menarik ketika dunia maya mulai memengaruhi cara publik menilai seseorang.
Bucek menghadirkan sosok Umar Bakri sebagai guru yang tidak hanya mengajar, tetapi juga mendengarkan. Ia berusaha memahami kegelisahan murid yang sedang tumbuh mencari jati diri. Selain itu, ia digambarkan sebagai pendidik yang menjaga rahasia muridnya, termasuk Maria. Ketika sebuah video dirinya menampar Marlon beredar di internet, ia menghadapi tekanan besar. Momen itu membuat Umar seketika menjadi sasaran kritik publik. Padahal, cerita di balik tindakan tersebut jauh lebih rumit. Melalui konflik ini, film menunjukkan betapa cepatnya opini terbentuk di dunia maya tanpa memberi ruang pada fakta yang sebenarnya.
“Baca Juga : Ahmad Dhani Murka Soal Isu Cerai, Mulan Jameela Menyinggung Soal Fitnah”
Menghayati peran guru membuat Bucek kembali mengingat perjalanan hidupnya. Ia mengaku tidak menamatkan SMA karena memilih dunia akting sejak usia remaja. Meski begitu, ia tetap menyimpan kenangan hangat tentang sekolah. Bucek bercerita bahwa ia sering bolos dan tidak betah duduk di kelas. Namun, beberapa guru justru melihat sisi positif dalam dirinya. Dari pengalaman itulah ia memahami bahwa tidak semua siswa cocok dengan pola pendidikan yang sama. Hal ini membuat perannya sebagai Umar Bakri terasa lebih personal dan penuh makna.
Bucek mengenang masa lalunya sebagai anak yang sering membuat ulah. Ia lebih senang berada di luar kelas, bercanda dengan teman, dan mencoba hal-hal baru. Namun, ia juga mengingat bagaimana beberapa guru tetap memperlakukannya dengan baik. Mereka melihat bahwa kenakalan bukan satu-satunya hal yang mendefinisikan dirinya. Pilihan meninggalkan sekolah justru membuka jalan menuju dunia seni peran. Karena itu, ia merasakan ironi yang lembut ketika kini tampil sebagai sosok pendidik. Peran Umar Bakri seolah menjadi percakapan diam antara dirinya yang dulu dan dirinya yang sekarang.
Selain berbagi kisah pribadi, Bucek juga memberi refleksi tentang sistem pendidikan di masa lalu. Ia menilai sekolah sering kali terlalu kaku. Banyak anak kreatif tidak mendapat ruang yang cukup untuk berkembang. Mereka justru merasa tertekan oleh aturan yang tidak sesuai dengan karakter mereka. Hal ini membuat sebagian siswa sulit menemukan jalur yang cocok. Kritik itu terasa relevan dalam karakter Umar Bakri, yang berusaha melihat murid secara lebih manusiawi. Peran ini sekaligus menyuarakan kebutuhan pendidikan yang lebih lentur dan mendukung keberagaman bakat.
Dalam film ini, perjalanan Bucek beririsan dengan kisah Iwan Fals. Musisi legendaris itu juga tidak menamatkan sekolahnya. Ia lebih fokus pada musik, syair, dan karate. Pengalaman keduanya memiliki pola yang hampir sama. Mereka sama-sama meninggalkan jalur akademis, tetapi menemukan ruang besar di dunia kreatif. Kolaborasi mereka dalam film ini pun terasa kuat. Selain membawa cerita, keduanya menghadirkan refleksi tentang bagaimana hidup tidak selalu berjalan lurus. Ada jalan lain yang bisa tetap membawa seseorang pada keberhasilan.