Gosiplicious – Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) kini menjadi sorotan setelah ditinggalkan oleh Dito Ariotedjo yang terkena reshuffle kabinet pada 8 September 2025. Situasi ini membuat masyarakat luas, termasuk para pengguna media sosial, berspekulasi tentang siapa pengganti yang layak untuk menduduki jabatan strategis tersebut. Beberapa nama mulai bermunculan, dan diskursus publik pun semakin ramai dibahas di berbagai platform digital.
Seiring dengan beredarnya kabar kekosongan kursi Menpora, sejumlah tokoh populer mulai disebut-sebut sebagai calon kuat. Beberapa di antaranya adalah selebritas Raffi Ahmad, politisi muda Puteri Komarudin, hingga legenda bulu tangkis Taufik Hidayat. Munculnya nama-nama ini menimbulkan perdebatan, terutama karena sebagian dari mereka dianggap tidak memiliki kompetensi di bidang olahraga atau birokrasi pemerintahan.
Raffi Ahmad, sebagai figur publik dan pengusaha hiburan, mendapat reaksi keras dari warganet. Banyak yang menilai popularitas saja tidak cukup untuk memimpin kementerian strategis seperti Kemenpora. Kritik datang dari berbagai akun, salah satunya dari @rhamasukma yang menyuarakan ketidaksetujuannya secara terbuka. Ia menyarankan agar nama Denny Sumargo lebih layak dipertimbangkan karena latar belakangnya sebagai atlet nasional.
Banyak yang mulai menyuarakan dukungan terhadap Denny Sumargo sebagai calon ideal Menpora. Bagi publik, Denny dianggap lebih memahami dunia olahraga karena rekam jejaknya sebagai mantan pebasket profesional dengan segudang prestasi. Narasi ini mendapat banyak dukungan, terlebih Denny dikenal memiliki gaya komunikasi yang lugas dan karismatik di tengah masyarakat.
Meski mendapatkan dukungan luas, Denny Sumargo dengan tegas menolak pencalonan dirinya. Melalui akun media sosialnya, @sumargodenny, ia menyampaikan bahwa dirinya merasa belum pantas dan belum mampu untuk mengemban tugas seberat Menpora. Pernyataan ini menonjolkan karakter rendah hati dan kesadaran diri yang tinggi, membuat publik semakin menghormati sosoknya.
Pernyataan Denny yang mengatakan, “Jangan bawa-bawa nama gue Mas. Aku enggak pantas,” menjadi viral. Banyak yang mengapresiasi cara Denny menyikapi dukungan netizen. Ia tidak terbuai dengan popularitas, tetapi tetap rasional dan realistis dalam menilai kapasitas pribadinya. Sikap ini justru membuat citranya di mata publik semakin positif.
Walau Denny sudah menolak dengan tegas, gelombang dukungan dari netizen tak kunjung surut. Beberapa bahkan menyebutnya sebagai “pejuang rakyat” atau simbol baru integritas di tengah hiruk-pikuk politik pragmatis. Seorang pengguna bernama @faridristik menyebut usulan itu sebagai bentuk “jihad” Denny untuk bangsa, namun lagi-lagi ditolak oleh aktor film 5 CM tersebut.
Di sisi lain, proses politik terus berjalan. Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia mengonfirmasi bahwa partainya telah mengusulkan Puteri Komarudin sebagai kandidat pengganti Dito. Namun, ia menegaskan bahwa keputusan akhir tetap berada di tangan Presiden Prabowo Subianto sebagai pemegang hak prerogatif.
Dalam sistem presidensial seperti Indonesia, pengangkatan menteri adalah hak prerogatif presiden. Oleh karena itu, meski partai politik atau publik memiliki usulan, keputusan final tetap berada pada Presiden. Mekanisme ini menjaga keseimbangan antara dinamika politik dan kebutuhan strategis pemerintahan dalam mengisi posisi penting seperti Menpora.
Diskusi publik yang berkembang di media sosial memperlihatkan tingginya partisipasi masyarakat dalam urusan negara. Dukungan terhadap Denny Sumargo adalah bentuk aspirasi yang muncul dari bawah, menandakan bahwa publik menginginkan pemimpin yang punya pengalaman, integritas, dan empati, bukan sekadar popularitas semata.
Denny Sumargo kini dikenal tidak hanya sebagai atlet dan aktor, tapi juga sebagai figur publik yang rendah hati. Ketegasannya menolak pencalonan sebagai Menpora justru memperlihatkan kualitas kepemimpinannya. Di era di mana banyak tokoh publik mengejar jabatan, Denny memilih untuk bersikap realistis dan mengutamakan kapabilitas di atas ambisi pribadi.
Menpora bukan hanya jabatan simbolis. Kementerian ini memegang peranan besar dalam membangun generasi muda dan memajukan olahraga nasional. Oleh karena itu, wajar jika publik menaruh harapan besar pada siapa pun yang akan menjabat. Sosok yang cakap, punya pemahaman kebijakan, serta pengalaman lapangan jelas dibutuhkan untuk memimpin kementerian ini ke arah yang lebih baik.
Fenomena pencalonan spontan dari warganet kepada tokoh seperti Denny Sumargo memperlihatkan bahwa demokrasi digital di Indonesia semakin hidup. Aspirasi, kritik, dan diskusi terbuka menunjukkan bahwa masyarakat tidak lagi apatis terhadap urusan negara. Meski tidak semua usulan bisa terwujud, partisipasi publik tetap menjadi elemen penting dalam proses politik modern.
Hingga saat ini, belum ada kepastian siapa yang akan ditunjuk menggantikan Dito Ariotedjo. Namun yang pasti, diskusi publik telah memberi pencerahan bahwa jabatan strategis seperti Menpora tidak bisa diberikan sembarangan. Perlu ada pertimbangan yang matang, bukan hanya dari sisi politik, tetapi juga dari sisi kompetensi dan integritas.
Keputusan Denny Sumargo menolak pencalonan sebagai Menpora mencerminkan kedewasaan dalam menyikapi popularitas dan kepercayaan publik. Meskipun tidak akan melangkah ke ranah politik dalam waktu dekat, nama Denny tetap menjadi inspirasi. Publik kini menanti siapa figur terpilih yang akan mengemban amanah tersebut, dengan harapan besar pada kemajuan pemuda dan olahraga Indonesia ke depan.