Gosip Licious – Nama Ussy Sulistiawaty selama ini lekat dengan dunia seni peran dan musik, namun dalam beberapa tahun terakhir ia menunjukkan sisi lain yang tak kalah kuat, yakni sebagai pebisnis. Bersama perannya sebagai istri dan ibu, Ussy aktif membangun berbagai lini usaha, mulai dari kuliner hingga kecantikan. Di antara semua bisnisnya, parfum menjadi salah satu yang paling dekat dengan identitas pribadinya. Wewangian bukan sekadar produk, melainkan medium ekspresi diri yang menurut Ussy mampu berbicara tanpa kata. Keseriusannya terlihat dari konsistensi merilis parfum sejak 2021. Setiap varian hadir membawa cerita dan emosi yang berbeda, mencerminkan perjalanan hidup serta kedewasaan personalnya. Dari sini, publik melihat bahwa bisnis yang ia bangun bukan sekadar mengikuti tren, melainkan lahir dari ketertarikan yang tulus dan pemahaman mendalam akan makna aroma dalam kehidupan sehari-hari.
Konsistensi Identitas Lewat Lini Parfum Bertema “In”
Langkah Ussy di bisnis parfum dimulai dengan varian In Bed pada 2021, disusul In Love pada 2023, dan In Extase pada 2024. Penggunaan kata “In” menjadi ciri khas yang membedakan produknya dari parfum selebritas lain. Identitas tersebut memberi kesan intim, seolah mengajak pengguna masuk ke dalam suasana tertentu. Setiap rilisan merepresentasikan fase emosi yang dekat dengan pengalaman manusia, mulai dari rasa nyaman, jatuh cinta, hingga ekspresi gairah hidup. Konsistensi ini memperkuat positioning merek Ussy di tengah persaingan industri kecantikan yang kian padat. Namun, Ussy tak ingin terjebak dalam pola yang sama. Ia justru melihat pentingnya berevolusi tanpa kehilangan jati diri. Dari sinilah lahir keputusan untuk menghadirkan sesuatu yang berbeda, lebih personal, dan lebih berani dalam menyampaikan makna kedekatan antarmanusia.
“Baca Juga : Aksi Bonnie Blue di Depan KBRI London Tuai Kecaman, Merah Putih Diseret ke Jalan”
Skin to Skin, Wewangian tentang Kedekatan Tanpa Jarak
Varian terbaru bertajuk Skin to Skin with Ussy Pratama menjadi penanda fase baru dalam perjalanan bisnis parfumnya. Kali ini, Ussy sengaja meninggalkan kata “In” untuk menegaskan perbedaan konsep. Skin to Skin hadir sebagai simbol keintiman, kehangatan, dan koneksi emosional yang tercipta ketika dua orang berada dalam jarak terdekat. Menurut Ussy, aroma bukan hanya soal wangi, tetapi juga tentang rasa yang muncul saat seseorang berada dekat secara fisik maupun batin. Ia ingin parfum ini terasa jujur, tidak berlebihan, namun meninggalkan kesan yang membekas. Pendekatan tersebut mencerminkan cara pandangnya tentang hubungan manusia yang semakin sederhana namun bermakna. Skin to Skin dirancang agar bisa menemani momen-momen kecil, seperti pelukan, obrolan tenang, atau kehadiran tanpa kata yang justru terasa paling kuat.
Racikan Aroma yang Lembut, Hangat, dan Berkarakter
Dalam proses kreatifnya, Ussy terlibat langsung menentukan karakter aroma Skin to Skin. Parfum ini dibuka dengan sentuhan ylang-ylang, bergamot, dan orange blossom yang memberi kesan segar sekaligus menenangkan. Di bagian tengah, hadir kombinasi bunga putih seperti tuberose, jasmine, dan lily of the valley yang menciptakan nuansa feminin, sensual, dan elegan. Ussy menyebut aroma bunga putih sebagai representasi dirinya, lembut namun memiliki karakter kuat. Sementara pada base notes, patchouli, amber, dan cedarwood memberikan kesan hangat dan tahan lama di kulit. Perpaduan ini membuat Skin to Skin terasa dekat, seolah menyatu dengan pemakainya. Bukan parfum yang mendominasi ruangan, melainkan wewangian yang mengundang orang lain untuk mendekat dan merasakan kehadiran secara lebih intim.
Pendekatan Personal sebagai Nilai Utama Produk
Berbeda dari parfum massal yang mengejar kesan kuat dan mencolok, Skin to Skin mengedepankan pendekatan personal. Ussy ingin penggunanya merasa nyaman, seolah parfum ini menjadi bagian dari diri mereka, bukan sekadar aksesori. Filosofi ini tercermin dari cara aroma beradaptasi dengan kulit masing-masing individu. Ussy percaya bahwa wewangian terbaik adalah yang terasa alami dan menyatu, bukan yang memaksa untuk dikenali. Pendekatan tersebut juga menjadi refleksi cara ia membangun bisnis, perlahan, penuh perasaan, dan berbasis pengalaman pribadi. Ia tak hanya menjual produk, tetapi juga mengajak konsumen memahami makna di baliknya. Dalam industri kecantikan yang sering kali berorientasi pada visual dan tren cepat, pilihan Ussy ini menghadirkan napas segar yang lebih manusiawi dan relevan dengan kebutuhan emosional banyak orang.
Parfum sebagai Mimpi dan Cerminan Kepribadian
Bagi Ussy Sulistiawaty, parfum bukan sekadar lini bisnis, melainkan perwujudan mimpi yang akhirnya terwujud. Ia memandang wewangian sebagai bagian penting dari penampilan yang mampu mencerminkan kepribadian seseorang tanpa harus berbicara. Melalui Skin to Skin, Ussy mengajak masyarakat memaknai ulang hubungan antara aroma, emosi, dan identitas diri. Kebanggaannya bukan hanya terletak pada kualitas internasional yang berhasil ia hadirkan, tetapi juga pada keberanian membawa nama sendiri sebagai identitas merek. Langkah ini menunjukkan kepercayaan diri sekaligus tanggung jawab terhadap kualitas. Dalam setiap semprotan parfum, tersimpan cerita tentang perjalanan, keberanian berekspresi, dan keinginan untuk menghadirkan sesuatu yang jujur. Dari sini, bisnis parfum Ussy berkembang bukan hanya sebagai produk, tetapi sebagai narasi personal yang hidup.